Aktivasi Otak Tengah Tak Ada Dasar Ilmiah

Aktivasi otak tengah (midbrain) makin marak. Beragam aksi spektakuler dipertontonkan. Katanya, midbrain yang telah diaktivasi menjadikan anak berusia 5-15 tahun jadi jenius. Benarkah demikian? Atau, ada faktor X yang perlu dicermati?

Aktivasi otak tengah menjadi sebuah fenemena dalam dunia pendidikan. Fenomena ini mengundang keingintahuan, penasaran, sekaligus kegelisahan. Keingintahuan dipicu oleh testimoni para pelatih dan peserta. Konon ceritanya, setelah otak tengah diaktivasi, prestasi di sekolah melejit. Bahkan, sering pula dipertontonkan kemampuan tertentu. Misalnya: dapat membaca dengan mata tertutup (blindfold reading method). Dalam aksinya, anak yang telah diaktivasi tersebut dapat melakukan kegiatan tertentu pula. Sebutlah, bisa melewati penghalang dengan mata tertutup tanpa menabraknya. Bahkan dapat melihat isi suatu kotak tanpa membuka tutupnya. Masih banyak hal lain yang dapat mengundang decak kagum siapa pun. Kata para aktivisnya, ini adalah efek samping otak tengah yang telah diaktivasi.

Selain blindfold reading method, ada pula yang dapat membaca dengan meraba (skin vission). Melalui skin vission ini, anak dapat membaca dengan mata tertutup hanya dengan meraba, terkadang membau, atau meletakkan barang tertentu di bawah hidung. Secara rasional, hal ini sukar dimengerti. Namun, para mentor selalu berdalih bahwa itu terjadi akibat otak tengah yang telah diaktivasi. Wow.…keren! Hebat! Luar biasa! Namun, jangan berhenti di situ dulu. Ternyatatidak hanya senang. Kekhawatiran pun merebak. Apa pasal? Orangtua yang menggunakan logika sehat, menengarai ada faktor X di balik semua itu. Namun, lagi-lagi para aktivis selalu membantahnya. Tengoklah tulisan Hartono Sangkanparan dalam karyanya,Dahsyatnya Otak Tengah (Visimedia, 2010). Dalam tulisan itu, Hartono menyiratkan bahwa ada hal-hal yang sukar dilogika. Sukar dilogika ini bukan berarti suatu penipuan.

MENGALIR SAMPAI JAUH
Sejenak menelusur sejarah. Sebenarnya, aktivasi otak tengah yang dikenal dengan istilah midbrain ataumesencephalon telah dipraktikkan sekitar 40 tahun silam, khususnya di Jepang. Waktu itu, praktik ini hanya di seputar Negara Matahari Terbit tersebut. Entah bagaimana, ceritanya lima tahun lalu mulai meluas ke Malaysia. Dari Malaysia, seperti lagu Bengawan Solo, mengalir sampai jauh. Akhirnya ke Indonesia. Mr. David Ting dari GMC International, Malaysia mengenalkan konsep itu. Lantas, sekitar September 2009 mulai diselenggarakan seminar. Sayap Midbrain makin luas setelah karya Hartono Sangkanparan dipublikasikan Februari 2010.

Sejarah mutlak diperlukan. Melalui sejarah kita dapat menganalisa sesuatu. Saking pentingnya sejarah, maka ada nasihat yang mengatakan jangan melupakan sejarah. Aktivasi otak tengah pun punya sejarah. Setelah berdiskusi dengan hamba Tuhan keturunan Jepang, dr. Venny Pungus, SpKJ menjelaskan demikian. “Dahulu banyak orang China yang ke Jepang. Di sana mereka berjuang untuk hidup,” kata dokter Rumah Sakit Bethesda Yogyakarta itu. Kemudian, karena tak mampu bertahan, mereka mengembangkan kemampuan berpikir. Kemampuan berpikir yang menghasilkan sesuatu yang luar biasa.

RESPONS
Praktik aktivasi otak tengah di negeri ini menuai beragam respons. Ada yang cuek. Tak mau ambil pusing. Namun, ada pula yang bereaksi keras. Lha, ada apa? Klaim-klaim penelitian ilmiah yang digemakan para aktivis, mengusik para dokter. Nurani mereka tergugah. Setelah diteliti, ternyata tidak ada satu pun rekomendasi jurnal ilmiah kedokteran internasional, tentang penelitian dimaksud. Padahal, katanya sudah 40 tahun. Bagaimana mungkin telah berusia 40 tahun, namun tidak ada referensi peneliti internasional? Maka, dr. Yossy Agustanti Indradjaja, SpKJ menyebut praktik ini tak ilmiah. “Aktivasi otak tengah tidak memiliki dasar ilmiah sama sekali,” terang dokter di Rumah Sakit Siloam dan Cikini Jakarta tersebut. Pemahaman aktivasi otak tengah dapat mengaktifkan sekaligus otak kiri dan kanan adalah pemahaman yang keliru. Alasannya mudah. Masing-masing otak berkembang dengan stimulus atau rangsangan yang berbeda. “Tidak bisa dengan cara instan,” tandasnya dengan nada tinggi. Pendiri yang mengadakan pelajaran itu adalah ahli komputer yang menggunakan teknologi komputer untuk membangkitkan fungsi potensial otak manusia. Di sini masalahnya. Perlu dipahami, otak manusia lebih rumit dari komputer. Otak manusia memiliki fungsi luhur yang tidak dimiliki oleh komputer.

Sebelum membahas lebih jauh, ada baiknya kita mengenal apakah otak tengah itu? Teori yang dibangun para aktivismidbrain mengatakan otak tengah adalah jembatan antara otak kanan dan otak kiri. Dalam tulisan-tulisan dan pelatihan selalu dikatakan demikian. Benarkah begitu? Rupanya, literatur kedokteran membantahnya. Lagi-lagi menurut dr. Venny, otak tengah berada di antara otak depan dan otak belakang. Sementara yang membagi dua otak kanan dan kiri namanya corpus callosum. Maka, dapatlah dipastikan, otak tengah tidak berfungsi menghubungkan otak kiri dan kanan seperti diajarkan selama ini. Menurut dr. Venny hal itu terjadi karena para aktivis bukanlah dokter yang memahami anatomi tubuh manusia. Karena itu, saran Pst. Ir. Timotius Arifin, DPM, membicarakan masalah otak serahkan ahlinya. Dicontohkan Gembala Senior GBI Rock Denpasar ini, kalau seseorang tubuhnya sakit, tanyalah kepada dokter, bukan kepada sarjana teknik atau ahli bahasa.

Kalau demikian, bagaimana struktur otak tengah itu? Kepada Zega dan Luci dari Bahana, dr. Venny kembali menguraikan. Struktur otak tengah (midbrain) berisi antara lain corpora quadrigemina yang terdiri dari colliculus superior dan inferior.Fungsinya untuk visual dan auditori (pendengaran). Di samping itu, dalam midbrain sendiri terdapat jalur-jalur motorik untuk otot dan jalur-jalur sensori, untuk perabaan. Juga ada syaraf ketiga dan keempat untuk dilatasi (melebar/membesar, red) pupil dan mengatur gerakan bola mata. Midbrain juga berfungsi mengontrol respons kita. Ya, respons tatkala melihat/mendengar sesuatu. Perhatikanlah ini. Ketika pupil terkena cahaya, ia membesar atau mengecil. Lho, kok bisa? Hal ini terjadi karena fungsi syaraf yang ada di midbrain.

Sekarang, kalau orang mengatakan melatih midbrain membuat anak jadi cerdas. Apa dasar ilmiahnya? Kalau dilatih seperti itu, kecerdasannya di mana? Pasalnya, fungsi midbrain bukan untuk kecerdasan. Fungsi memori ada di otak depan di sana ada sistem limbik, di situ pusat emosi dan memori. Misalkan, Anda mengingat sesuatu, fungsinya ada di otak depan. Bukan padamidbrain.

Memang, saat aktivasi otak tengah, katanya anak-anak bisa punya kelebihan. Bisa melakukan ini dan itu. Kabarnya pula kalau terus dilatih, akan mempunyai kemampuan memprediksi. Bagaimana itu terjadi? “Bagi saya, ada faktor X yang dimanfaatkan,” urai jebolan Universitas Gadjah Mada (UGM) itu. Secara logika berdasarkan anatomi dan fungsi tubuh, jika midbrain diaktifkan untuk menjadikan jenius, jelas tidak logis. Dengan skin vision misalnya, seorang yang dilatih bisa membaca/melihat suatu tulisan, ini tidak nalar. Apa alasannya? Karena ketika Tuhan menciptakan, fungsi kulit adalah sebagai alat peraba. Bukan untuk yang lain-lain. Maka, bila dalam midbrain terjadi hal di atas, diduga ada trik khusus.

ALAT UKUR HARUS JELAS
Bila prestasi anak di sekolah sungguh-sungguh melejit, bukankah membuktikan kecerdasannya meningkat? Rupanya, dr. Yossy punya alasan sendiri. Hati-hati dengan pernyataan tersebut! Bila ingin mengadakan penelitian terhadap efektifnya suatu metode, harus jelas alat ukur yang digunakan. Alat untuk mengukur kecerdasan sebelum dan sesudah ikut pelatihan, kemudian metode pelatihan tersebut harus berdiri sendiri, tidak boleh disertai dengan metode lain seperti speed reading, atau mind mapping. Keberhasilan pelatihan tersebut harus memenuhi syarat populasi tertentu dan prosentase angka keberhasilannya.

Setelah mengikuti pelatihan aktivasi otak tengah, seorang anak dapat mengurutkan kartu remi sesuai angka, warna dan bentuk kartu dengan mata tertutup.

So what gitu lho? Apakah Anda ingin anak Anda main kartu dengan mata tertutup? Apakah Anda ingin ia dapat membaca jawaban di buku ketika sedang ulangan? Atau, Anda rindu anak bertumbuh dan berkembang normal serta cerdas sesuai kemampuannya? Tidak ada kurikulum pelajaran dan tidak ada pekerjaan yang mensyaratkan seseorang harus bisa melihat sesuatu secara tembus pandang. “Ini kiranya menjadi bahan pertimbangan kita,” pinta jebolan kedokteran spesialis kesehatan jiwa Universitas Indonesia (UI) itu.

TAK ADA JALUR INSTAN
Pelatihan aktivasi midbrain yang biasanya berlangsung dua hari selalu meniupkan “angin surga”. Tiupan itu berupa janji anak akan jadi jenius. Apakah arti jenius itu dalam dunia pendidikan? Dr. Ir. Bob Foster, MM menjelaskan demikian. Sebenarnya pengertian jenius belum punya standar baku. Namun, secara umum jenius adalah istilah untuk menyebut seseorang dengan kapasitas mental di atas rata-rata. Di bidang intelektual terutama ditunjukkan dalam hasil kerja yang kreatif dan orisinil. Karena itu, seorang yang jenius selalu menunjukkan individualitas dan imajinasi yang kuat, tidak hanya cerdas, tetapi juga unik dan inovatif.

Secara kuantitatif, orang yang dikategorikan jenius punya IQ (Intelligence Quotient) di atas 130. Namun, definisi ini pun dipertanyakan. Mengapa? Karena penskoran IQ lebih banyak menggunakan metode tes bidang logika. Padahal, kecerdasan bukan hanya masalah logika matematika. Namun, bisa juga kecerdasan dalam bidang lain. Albert Einstein jenius dalam fisika, namun tidak dalam bidang lain, misalnya seni.

Aktivasi midbrain kerap dikaitkan dengan proses belajar mengajar. Disebutkan anak punya konsentrasi tinggi. Benarkah demikian? Bagi Dr. Bob, proses belajar mengajar membutuhkan situasi yang kondusif terhadap emosi, yaitu limbic brain (otak limbik). Kemudian dalam metode belajar (how to learn), kita libatkan kedua belahan otak, baik otak kiri maupun otak kanan. Ini bukan aktivasi otak tengah yang seperti menyalakan listrik dengan saklar. Optimalisasi penggunaan otak dengan menyeimbangkan otak kiri dan kanan dapat dilakukan bila telah mengetahui kekhasan fungsi keduanya.

Ditambahkan oleh Rektor Universitas Informatika dan Bisnis Indonesia (UNIBI) Bandung ini, belahan otak kiri punya fungsi tersendiri. Fungsinya meliputi berpikir: analisis, logika, urutan, detail, angka/tulisan, kata-kata, dll. Sementara belahan otak kanan meliputi fungsi berpikir: kreatif/imajinatif, emosi/perasaan, acak, menyeluruh, gambar, irama/musik, dll. Contoh penggunaan kedua belahan otak itu secara bersamaan adalah ketika seorang ibu mengajarkan nama-nama hari kepada anaknya. Sang ibu tidak hanya menyebut Senin, Selasa, …, Minggu secara datar dengan kata-kata (otak kiri saja) namun sekaligus menyanyikannya dengan irama (otak kanan). Akibatnya, kedua belahan otak digunakan seimbang. Hasilnya, proses belajar menjadi lebih mudah.

Berdasarkan pengalaman sebagai pembicara seminar mengoptimalkan kinerja otak, Dr. Bob mengurai metode lain. Metode lain misalnya, metode asosiasi yang membuat visualisasi (otak kanan) terhadap pelajaran yang akan diingat atau belajar dengan menggunakan mind map.

Kiranya jangan terkecoh dengan midbrain yang disamarkan sebagai jambatan penghubung antara otak kiri dan otak kanan. Aktivasi otak tengah tidak ada hubungannya dengan proses mengajar.

Mohon dipahami. Pembelajaran (kecerdasan) bukan hanya melibatkan bagian otak tertentu saja. Pembelajaran sejati melibatkan sebagian besar otak. “Istilah aktivasi otak tengah, boleh dikatakan menyesatkan makna,” cetus Dirut Bimbingan Belajar Ganesha Operation tersebut.

Sumber: Majalah Bahana, Juli 2010

5 Tanggapan

  1. Mantap bos….biar bisa dicompare masyarakat dengan yang beredar ditelevisi.

  2. Jika aktivasi otak tenagah tdk ilmiah tp kenapa hasilnya begitu terkesan d masyarakat yg inginkan kecerdasan anak2nya. K
    Sebaiknya ilmu kedokteran hrs mendukung secara ilmia/buktikan secara ilmia kenapa anak aktivasi bisa membaca dgn mata tertutup atau bisa mendeteksi banyak hal lain yg tdk logika…jangan hanya bisa saling mengklem kebenaran masing2….dan anak sy sudah mengikuti aktivasi otak tengah

  3. Pak Umbu Lado,

    “Aktivasi otak tengah” adalah merupakan praktek hipnosis dengan menanamkan sugesti-sugesti tertentu pada alam bawah sadar anak. Diantaranya adalah “berusaha melihat dengan segala cara”.

    Dari situlah fenomena BFR berasal; anak akan berusaha dengan segala cara untuk “melihat”. Dan jika anda melihat perubahan sikap/tingkah-laku anak, jangan heran karena mereka juga dihipnosis untuk “selalu berusaha menyenangkan orang tua”.

    Anak-anak kita dihipnosis tanpa kita diberitahu, dan tanpa kita tahu secara jelas isi script hipnosis yang digunakan. Mereka mengklaim bahwa melakukan metode ini-itu dan membingungkan kita dengan segala macam jargon ilmiah, padahal yang dilakukan adalah hipnosis.

    Mau disebut apa kalau bukan penipuan?

    Apakah ini yang Pak Umbu (dan juga orang tua yang lain) inginkan?

  4. Terima ksih atas tanggapannya..jika anak aktivasi otak tengah itu d hipnotis berarti dia mendapatkan sesuatu kemampuan yg sifatnya sementara dlm batasan waktu tertentu, krn setahu saya hiptotis hanya dpt d gunakan utk mempengaruhi org lain dlm jangka waktu tertentu saja.
    Mohon penjelasan yg lbh ilmia dan analisa yg tepat mengenai hal2 yg terjadi pd anak yg sudah aktivasi otak tengah dan apalagi jika hal itu sifatnya merugikan masa depan anak2 kami.
    Terima kasih atas perhatiannya

  5. sini coba saya yg blind flond, masih bisa melihat gak anaknya!!

Tinggalkan Balasan ke Leo Batalkan balasan